Minggu, 14 Agustus 2016

Cinta Bohong sang Berondong

Based on my friends true story kali ini tentang temenku, temen deket. Deket secara emosional ya bukan jarak rumahnya dengan tempat tinggalku. Namanya Riski, 26 tahun, perempuan karir, suka dandan dan mengoleksi gincu (terlebih lagi yang warna-warna mentereng), kranjingan diet ketat meski kadang suka lupa diri juga kalo udah ketemu bakso. Dan ketika berita ini diturunkan, doi kebetulan udah SINGLE lagi.

Terakhir cerita sekarang lagi deket sama laki yang umurnya setaun lebih tua dari dia, kalo menurut penerawangan mama Eni (iya itu aku), dari fotonya tu anak keliatan tengil, tajir, tapi cakep dan kiyut-kiyut menggemaskan minta dinikahin gitu. Tapi, si Riski ini katanya belum ada rasa apa-apa, ceritanya masih kayak sayur belum dimasak gitu, jadi belum dibumbuin, hambar deh.

Btw, bukan tentang laki itu yang mau diceritain, tapi tentang berondong garing yang berhasil membolak-balikkan hati mba Riski. Namanya Amin. Iya sebut saja demikian ya. Ceritanya, kalo mbak Riski ini semester 1 dikampusnya, si Amin ini baru kelas 3 SMP. Iyah, bedanya empat tahun. Nggak jauhlah, itu aja Dona sama Darius bedanya kan 15 tahun (kalo nggak salah sih).

Mereka satu tempat kerja. Awalnya Amin ini bilangnya nge-fans sama mbak Riski ini. Syantik dati judes-jutek gimana gitu kan ya. Beranilah ceritanya si Amin ini ngajakin Riski jalan, makan, nonton bioskop. Awalnya karena ceritanya Amin ini mau udahan dikantornya Riski, dan mau pulang sekampung-kampungnya ke Semarang sana, Riski niatannya mengabulkanlah permintaan Amin buat sekali aja jalan bareng. Alhasil, jadilah suatu malam mereka jalan dan nonton bareng.

Catet, umpet-umpetan dari anak kantor!

Eh rupa-rupanya takdir berkata lain. Amin menunda kepulangannya ke Semarang, lalu justru memperpanjang kontrak kerjanya, dan disitulah Amin kembali berusaha mendekati Riski. Riski tau kalo Amin punya pacar di Semarang, tapi ya namanya juga hati, kalo udah nyaman suka susah gitu diajak kompromi.

Awalnya memang cuma buat temen jalan dan seru-seruan aja, tapi lama-lama nyaman juga. Berlanjut deh kedekatan mereka, yang ujung-ujungnya mulai sering pulang kantor bareng, dan beberapa anak kantor juga udah ngeuh dengan kedekatan mereka itu. Udah go public gitulah ceritanya.

Riski meminta ketegasan dari Amin (yang ceritanya belum putus itu loh dari ceweknya di Semarang sono). Amin mengakhiri hubungan sama ceweknya itu (ceritanya sih begitu) dan memutuskan untuk concern dengan hubungannya sama Riski.

Suatu ketika, Amin ini pulang ke Semarang dan akhirnya jalanlah dengan mantan ceweknya itu. Yang katanya udah jadi mantan itu, entah betulan atau cuma cerita karangannya aja juga aku ampe sekarang masih sangsi. Hehe. Riski cuma bisa ngambek, marah pas tau kejadian itu. Tapi, namanya juga perempuan, cepet marahnya, gampang pula luluhnya. Dikasih perhatian sikit aja juga dah balik lagi. Heran aku.

Baikan lagi lah mereka ya sepulangnya Amin dari Semarang.

Mungkin kurang lebih tiga atau empat bulan hubungan mereka berjalan, Amin menyampaikan sesuatu terkait arah hubungan mereka. Perbedaan umur yang cukup jauh menjadi salah satu "permasalahannya". Riski yang udah pengen nikah tahun ini juga juga sadar kalo Amin yang ceritanya baru lulus dan masih meniti kariri itu nggak bakalan bisa memenuhi mimpi tersebut (ceritanya). Hooh banget, Riski ini emang ceritanya nggak mau tunggu lama-lama, dan pengennya nikah aja udah. Jadilah mungkin ini yang bikin Amin mikir lagi. Sebenernya Amin nggak yakin nggak sih itu namanya dengan hubungan mereka? Maksudnya kalo toh emang "cintak" gitu ya, apa salahnya usaha dulu gitu kan, yakali aja ada jalan.

Permasalahan selanjutnya adalah perbedaan suku. Yang satu dari barat yang satu dari timur, nggak bakal cocok katanya. Kata orang tua begitu. Katanya. Anak mana sih yang mau durhaka nggak nurut sama ornagtua? Sebagai anak soleh yang baik hati dan suka menabung ini, Amin menuruti permintaan ibunya untuk mengakhiri saja hubungan mereka dan memilih dengan perempuan yang se-suku. Saklek udah deh urusannya itu.

Setelah berhari-hari drama dan diskusi panjang lebar yang ujungnya tidak menemukan jalan keluar, akhirnya mereka mengakhiri hubungan mereka.

Nggak lama setelah putusnya hubungan mereka, Amin lelaki berondong ini dikabarkan balikan dengan mantan semata wayangnya yang di Semarang sono. Hmm..mencurigakan nggak sih??

1. Bisa jadi soal umur itu cuma alasan buat putus aja.
2. Pake kalimat "berbeda suku" juga buat menguatkan alasan minta putus aja.

Eh kenapa jadi aku yang suudzon gini ya? Haha. Tapi bisa jadi kan? Soalnya jaman sekarang kalo pake kalimat "aku terlalu baik buat kamu" kan udah klasik banget ya. Ketauan amat gitu generasi jaman dulunya. Nah ini cara model baru nih, "orangtua aku nggak setuju, kita beda". Ya, mana ada kan yang mau ngelawan orangtua kan, amit-amit gitulah kan. Hmm..

Nah, jadi sebenernya pas sama si Riski, Amin nih sebenernya putus nggak sih sama ceweknya yang di Semarang ono? Bisa jadi sebenernya nggak putus kan karena tau akhirnya nggak bakal sama Riski. Atau karena emang yang di Semarang ini lebih masuk akal dari segi umur dan persetujuan orangtua.

Menurut kabar terakhir, sekarang si Amin sama Riski jadi adek-kakak-an gitu. Ya emang gitu seharusnya kan dari awal, mbak Riski dan dek Amin.

NB : tulisan ini sudah mendapat persetujuan dari mbak Riski. Kalo dari Amin, mmm aku nggak kenal jadi nggak minta ijin #eh :D

Selasa, 23 Februari 2016

helloooo again, long time no "write" make me crazy. oke ngga sepenuhnya gila sih, cuma ya mungkin kalo bakalan ada typo disana-sini ya mohon dimaafkan sajalah ya.

oke, kali ini bukan my friends true story, tapi my story. sebenernya mulai agak jengah dengan WH questions yang dilontarkan orang-orang sekitar. bukan berarti aku tidak ingin menjawabnya, tapi ya sekarang gini deh, kalian sudah mencapai sebuah "goal" yang bilang saja membanggakan, tapi tidak lantas membuat kalian merasa menang dariku atau dari orang lainnya bukan?.

oke, pertanyaan "kapan menikah?" itu sesuatu yang sangat sensitif (buatku pribadi sih sebenernya) kalau dilontarkan pada waktu yang kurang tepat. mau tau contoh waktu yang engga tepat kayak apa? mmm..iya ke aku, perempuan 27 tahun yang sangat menginginkan sebuah pernikahan.

kalau mood sedang tidak bagus, kalian sadar atau tidak, karena pertanyaan kalian itu, bakal rusak seluruh sisa mood hari itu.

kalian menanyakan hal itu tidak lantas membuat kalian adalah orang yang peduli tentang bagaimana kehidupanku kan? kalian hanya memiliki rasa ingin tahu yang besar dan berharap mencoba menemukan pertanyaan lanjutan nantinya.

misal, aku sudah menikah. kalian akan mengganti pertanyaan dengan, "kapan punya anak?", ketika aku sudah mempunyai anak, kalian lagi-lagi akan mengganti pertanyaannya menjadi "kapan punya adik baru?". oh heeii, tidak akan ada habisnya kan? jadi, bisakah berhenti menanyakan kapan menikah kapan kesana kapan kesini kepada aku atau teman kalian lainnya?.

tidak akan ada perempuan yang tidak menginginkan pernikahan. mereka memiliki banyak alasan yang bahkan tidak akan dipahami oleh orang yang memiliki pikiran sempit. sorry to say, but its true.
1. mereka memikirkan pendidikan/karirnya terlebih dahulu
2. mereka memiliki tanggung jawab besar terhadap adik atau kedua orangtuanya
3. mereka belum menemukan seseorang yang dirasa cocok untuk menjadi pasangan seumur hidupnya\
4. mereka mempertimbangkan banyak hal

dalam hal mempertimbangkan banyak hal, selain poin 1 hingga 3, masih ada banyak lagi. misal, apakah sudah yakin jika ia memutuskan untuk menikah, mereka memiliki kesiapan dari segi materil. oke, rezeki memang sudah ditetapkan bahkan sejak sebelum kita dilahirkan, tapi tidak justru membuat kita menggampangkan segala hal dong?

seorang teman pernah berpendapat, rezeki memang sudah diatur, tetapi semua kembali kepada keyakinan masing-masing. jika kita tidak meyakininya, lebih baik tidak daripada setengah-setengah. untuk mereka yang meyakini bahwa menikah adalah satu dari sekian banyak cara membuka pintu rezeki, hal baiknya adalah mereka tidak akan membuat sebuah pernikahan menjadi sebuah beban.

belum lagi biaya pernikahan. memang, pernikahan tidak mengharuskan sebuah pesta mewah mengundang seluruh kampung dan teman-teman. namun, tentu kita ingin sesuatu yang spesial bukan. jika saja aku kebetulan putri dari seorang pengusaha dengan aset ratusan juta, aku sangat ingin menikah besok pagi.

namun, semua kembali ke masalah keputusan tiap pribadi.

(ew).

Kamis, 17 September 2015

Jodoh yang Tertukar

helloo netizen dan para fans, mohon maaf udah lama nggak menyapa kalian, sibuk atau mencari kesibukan sih lebih tepatnya. hahaha kayak bakal ada yang nyariin aja siiihh enn. postingan kali ini base on my mother's friend true story.

jodoh.

topik paling sensitif kalo misalnya usia lo around 23-26, terlebih lagi kalo lo seorang perempuan.

jadi, ceritanya, ibunya temenku itu, sebut aja tante An, punya kekasih pas masih muda dulu. tante An diajak menikah oleh kekasihnya itu, kemudian karena tante An merasa sudah cukup siap, ia menyampaikan kepada ayahnya bahwa akan ada lelaki yang datang melamarnya. ia meminta ayahnya untuk menerima lamaran tersebut.

sang ayah kemudian menerima lamaran lelaki yang datang meminta putrinya. tapi rupanya lamaran yang diterima oleh ayah tante An bukanlah dari lelaki yang diingin oleh putrinya. dengan kata lain, ayah menerima lamaran dari lelaki yang "salah".

tetapi karena lamaran sudah terlanjur diterima, dan sudah tak mungkin dibatalkan, maka pernikahanpun digelar. tante An menyebutkan bahwa sebenarnya ia hanya pernah bertemu sekali saja dengan lelaki itu, bahkan tidak sempat mengobrol, hanya berkenalan itupun secara tidak sengaja dan melalui teman.

sempat terjadi aksiden tabrak lari. calon suami tante An, yaitu lelaki yang datang melamarnya nyaris ditabraj oleh sebuah mobil tak dikenal. tetapi para keluarga dan kenalan meyakini itu adalah kekasih tante An yang kecewa akan pernikahan itu. beruntung tidak terjadi apa-apa pada calon suami tante An, dan pernikahan berlangsung baik sebagaimana mestinya.

sekarang tante An dan suami sudah menikah dan memiliki anak.

jika hal tersebut diatas terjadi pada kalian hei perempuan, apakah jakian akan menerimanya atau menolaknya dan membatalkan lamaran tersebut?. atau bolehkah kalian marah kepada orangtua kalian karena menyebabkan "jodoh kalian tertukar"?.

pelajaran yang bisa diambil dari cerita di atas adalah jangan lupa untuk menjelaskan siapa lelaki yang nantinya akan datang ke rumahmu untuk melamarmu, supaya tidak salah menerima lamaran orang. kedua, jodoh tidak akan tertukar. Tuhan menjanjikan hal itu, soooo..bagaimana kita menjadi ikhlas seperti tante An dan akhirnya bisa bahagia bersama jodohnya yang dulu ia kira "tertukar".

(ew).

Kamis, 20 Agustus 2015

Mengapa Lelaki Masih Melirik Perempuan Lain Meski Telah Memiliki Pasangan

mungkin tidak jarang ketika kamu (perempuan) sedang jalan/kencan/pergi dengan pasanganmu, kemudian memergoki mata lelakimu sedang melirik perempuan lain. bahkan tidak jarang jika lelakimu tersebut tersenyum sendiri ketika memperhatikan perempuan tersebut. perempuan tersebut bisa saja cantik, penampilannya menarik, bak model, atau bahkan seksi (versi lelaki).

dan tidak jarang pula perempuan (termasuk aku) akan merasa bahwa lelaki/pasangan bertingkah ganjen/kecentilan dan berniat selingkuh. meskipun hanya selingkuh mata/pandangan. dan memancing kecemburuan kita sebagai perempuan, yang pada dasarnya dianugerahi sifat sensitif, yang kadang untuk beberapa orang terlalu berlebihan kadarmya.

faktanya, meskipun sebagai perempuan kita akan protes dan merasa tindakan pasangan kita itu tidak menghargai kita sebagai perempuannya, mereka tidak justeru akan menghentikan kebiasaan tersebut. menurut beberapa tulisan (pada media online) yang sempat kubaca, lelaki pada dasarnya adalah makhluk visual.

makhluk visual tersebut sangat menggemari sesuatu yang bentuk/kondisi/rupanya tidak biasa atau familiar dengan kesehariaannya. termasuk kebiasaan mereka melirik perempuan lain yang lebih cantik dari pasangannya. tidak seperti perempuan yang akan menyukai suatu hal atau seseorang jika sudah lama bersama, lelaki akan menyukai hal yang baru ditemuinya.

namun, hal tersebut tidak lantas membuktikan atau membenarkan tuduhan perempuan bahwa lelaki/pasangan kita mata keranjang dan berniat mendua. bukan pula niat hati mereka membandingkan pasangannya dengan perempuan yang baru ia temui dijalan/dimall/ditempat umum tersebut. 

sebenarnya tidak ada niatan khusu dari lelaki untuk melakukan hal itu. mereka dengan kadar hormon testosteron yang lebih tinggi dibanding perempuan-lah yang membujuk mereka untuk "melirik" sesuatu/seseorang yang baru dan terkesan menarik. bukan juga berarti mereka kurang menerima penampilan pasangannya, mereka hanya "tertarik" sesaat dan akan mudah lupa setelahnya. bahkan dijamin jika pada kesempatan lain kita menanyakannya, mereka tidak akan ingat hal tersebut.

"cepat suka, cepat lupa. karena hanya sebuah ketertarikan bukan rasa cinta".

yang perlu kita ingat sebagai perempuan adalah, jika lelaki/pasangan benar-benar serius, mereka akan bertahan dengan satu perempuan saja. yang akan ia terima dengan segala kondisi dan konsekuensi. jadi, janganlah khawatir jika lelaki yang telah berbicara dan berjanji serius denganmu akan berpaling hanya karena perempuan yang sekali ditemuinya itu lebih cantik, seksi, dan menarik.

(ew).

Selasa, 11 Agustus 2015

aku bingung, kenapa seringkali aku harus menceritakan alasan dari setiap tindakan yang aku lakukan kepada mereka?. mereka yang seolah perduli, mereka yang seolah ingin tahu semua tentangku.

Kamis, 11 Juni 2015

fight for her no matter what, hey man!!!

hellooowww there..setelah lama absen dari kisah klasik yang mengusik, kali ini aku balik lagi dengan my friend true story ya. temanku bernama Mina, yang sudah berpacaran dengan Adhi sejak tiga tahun lalu. Mina baru lulus kuliah dan baru sekali mulai bekerja disebuah perusahaan swasta, sedangkan Adhi adalah seorang pegawai disebuah perusahaan milik negara.

singkat cerita, Mina pengen hubungan mereka lebih serius lagi. tapi, obrolan seputar pernikahan justeru adalah pangkal permasalahan mereka nantinya. kalau sudah mulai membicarakan pernikahan, pasti ujung-ujungnya berantem dan berselisih paham.

orangtua Adhi sepertinya mendambakan menantu idaman (lain). sejauh yang aku tangkap adalah menantu dengan tingkat derajat dan martabat keluarga yang sepadan dengan keluarga mereka yang kebetulan berada tersebut. secara tidak langsung, entah karena sudah lelah atau apa, Adhi menelan mentah-mentah apa yang diucapkan oleh kedua orangtuanya tanpa berpikir panjang lagi.

kedua orangtua Adhi yang mulai mendoktrinnya tentang beratnya sebuah pernikahan dan rumahtangga, tentang mahalnya biaya pernikahan, tentang biaya pernikahan yang semestinya menjadi tanggungan pihak perempuan, tentang bagaimana nantinya seorang lelaki menanggung semua biaya hidup isterinya.

sebagai seorang lelaki, kurasa Adhi tidak pantas mengucapkan kalimat tersebut kepada Mina. secara dari zaman nenek moyang dulu, semua orang sudahlah paham betul bahwa tanggung jawab seorang suami adalah menanggung kehidupan isterinya. dengan atau tanpa toleransi, itu sudah harga mati (menurutku).

dan tentang biaya pernikahan yang seharusnya ditanggung pihak perempuan. bisa saja sih, tapi pihak lelaki tidak diperkenankan mengundang sanak keluarga atau kenalannya (haha, impas bukan?). sejauh yang aku tahu dari dari teman-temanku yang sudah menikah, mereka bersama-sama menanggung biayanya, ya melihat lagi 1.mereka tidak ingin "merepotkan" orangtua, 2.menikah kan keinginan bersama, apa salahnya mengusahakannya bersama.

kembali ke Adhi, kurasa jika kondisi memang memungkinkan, seharusnya dia berada dipihak Mina dan membelanya di depan kedua orangtuanya. berusaha membantu Mina meyakinkan kedua orangtuanya bahwa mereka akan baik-baik saja "dengan atau tanpa" harta berlimpah seperti yang diinginkan orangtua Adhi.

melengkapi anak dengan fasilitas mewah dan serba berkecukupan memang tentu keinginan semua orangtua, tapi tidak pernah ada seorang perempuan yang ingin dilahirkan dikeluarga seperti apa, dikasus ini dikeluarga dengan "derajat martabat" yang dianggap lebih rendah daripada calon suaminya. tentu ada banyak pertimbangan bahwa seorang lelaki memilih calon istri, bukan hanya karena status sosial atau kecantikan wajah.

tapi, ada satu hal yang mungkin membuat Adhi kurang berjuang. munculnya pikiran "apakah memang Mina layak untuk diperjuangkan". posisinya memang kita tidak tahu bagaimana Mina bersikap dalam berhubungan dengan Adhi.

terkadang memang beberapa lelaki bukannya tidak ingin berjuang, tapi masih bimbang apakah perempuannya patut diperjuangkan atau tidak.

namun, dalama kasus Mina dan Adhi, kurasa jika memang Adhi tidak yakin untuk memperjuangkan Mina atau tidak ingin menyakiti perasaan kedua orangtuanya yang mendambakan menantu selain Mina, ada baiknya Adhi melepas Mina. atau jika memang Adhi yakin, maka sudah tentu ia seharusnya berada dipihak Mina dan meyakinkan kedua orangtuanya bahwa pilihannya tepat.

"i need someone who will fight for me, no matter what".

(ew)

Selasa, 02 Juni 2015

ayo kemanamanaa!

tepatnya tanggal 15 juni mendatang, kontrak kerjaku dikantor ini akan berakhir. alih-alih harus menyelesaikan beberapa perintilan sebelum terpaksa pergi, pikiran malah jatuh ke hal-hal diluar dugaan. mulai dari setelah ini bagaimana karena masih belum menemukan pekerjaan baru, hal apa yang bisa aku lakukan untuk bertahan hidup, sampai pikiran apa aku harus liburan dulu untuk menyegarkan pikiran?.

sepertinya memang iya, aku butuh liburan. sejak awal tahun, aku belum menginjakkan kaki ke satupun objek wisata yang aku ingini. papandayan selalu batal didetik-detik terakhir, ciremay gagal karena kurangnya pasukan, hingga short trip ke bandung pun dibatalkan karena lelaki sedang kurang sehat. rencana terjauh adalah rinjani untuk agustus mendatang, tapi aku sudah mengisyaratkan akan tidak ikut dalam perjalanan itu karena masalah kantong. haha.

kembali terdampar dikamar ketika weekend, bahkan long weekend kemarin.

kemana kita? kapan kemana-mana?. ayo ajak aku kemana-mana!.