Base on (my friend) true story kali ini agak dramatis. Bisa kubilang ini akan mirip kisah-kisah pada serial drama atau sinetron di televisi. Temanku itu bernama Shila. Dia pernah mempunyai seorang kekasih bernama Bagas. Mereka sempat menjalin hubungan kurang lebih satu tahun.
Jujur saja Bagas termasuk laki-laki yang tampan, anak band, dan aktif di beberapa kegiatan kampus. Begitu pula Shila, ia juga aktif di beberapa kegiatan sosial yang diadakan oleh kampusnya. Mereka menjadi dekat juga karena kegiatan yang sudah aku sebutkan tadi.
Ketika mereka masih bersama, Bagas kurasa adalah laki-laki yang sangat perhatian kepada Shila. Tak jarang Bagas menemani Shila dalam kegiatannya atau sebaliknya. Terkadang pula Bagas mengajak Shila bergabung dengan teman-teman sepermainan Bagas dan memperkenalkannya sebagai kekasihnya.
Namun, tiba-tiba saja, ketika hubungan mereka mulai menginjak bulan ke sepuluh, sikap Bagas berubah drastis. Ia mulai menjauh secara perlahan dari Shila dan mengurangi sedikit banyak perhatian yang dulu sempat ia berikan.
Shila yang menyadari perubahan sikap tersebut memutuskan untuk bertanya. Hal itu ia lakukan karena ia mulai merasa hubungan semakin tidak sehat. Bagas menerangkan bahwa tidak ada hal besar yang menyebabkan perubahan sikapnya itu, ia hanya sedikit lebih sibuk dari biasanya sehingga mulai sulit membagi waktunya. Shila menerima alasan tersebut.
Ketika hubungan memasuki tahun pertama, sikap Bagas dirasa semakin parah. Shila memutuskan untuk menanyakannya kembali dan memohon ketegasan dari Bagas tentang kelanjutan hubungan mereka.
Bagas menyebutkan bahwa ia sebenarnya menjauhi Shila karena ia ingin membuat kekasihnya itu melepasnya perlahan. Bagas menyebutkan bahwa ia menderita penyakit kangker pembuluh darah. Bagas sudah menjalankan serangkaian tes dan hasilnya positif. Ia hanya tidak ingin Shila nanti akan menangisi kematiannya, sehingga mengakhiri hubungan lebih cepat dirasa lebih baik untuk mereka.
Disamping alasan kesehatan, ada beberapa alasan yang cukup dramatis yang kadang dipakai untuk mengakhiri sebuah hubungan, yaitu :
1. Restu Orang Tua
Bagaimanapun ceritanya, restu orang tua tentu sangat penting. Tidak jarang hubungan kekasih berakhir karena tidak didapatnya restu tersebut. Hal ini terkesan dramatis memang, namun tetap harus dilihat sisi baiknya.
Mungkin orang tua tidak merestui hubungan tersebut karena merasa calon yang kalian ajukan tidak memenuhi kriteria mereka. Misal berbeda suku/kewarganegaraan, perilaku menyimpang yang pernah mereka lakukan, atau latar belakang keluarga yang kurang baik. Beberapa pasangan ada yang memutuskan untuk berjuang namun tidak jarang pula yang berhenti memohon dan berpisah.
2. Tuntutan Dari Orang Tua Perempuan
Masih berkaitan dengan orang tua. Tuntutan yang kumaksudkan adalah karena anak perempuan mereka sudah mulai memasuki masa "matang" sebagai seorang perempuan. Budaya yang masih melekat pada beberapa kalangan yang menganggap jika anak perempuan tidak menikah ketika usia memasuki kepala tiga itu contoh besarnya.
Di satu sisi orang tua perempuan ingin anaknya segera menikah, namun di sisi lain kekasih anaknya belum menunjukkan gelagat tersebut. Beberapa orang tua biasanya akan menganggap kekasih anaknya tidak serius dan menyarankan agar mereka berhenti berhubungan sehingga putrinya bisa mencari yang lebih "serius".
3. Penyakit Berat
Aku akan mencoba membahas lebih lanjut masalah Bagas dan Shila. Terkadang beberapa orang tidak paham bahwa arti pasangan adalah yang akan menemani tidak hanya saat senang namun sedih juga. Kekhawatiran Bagas tentu masuk akal, namun ia salah dalam penyampaian. Jika dilihat lagi, sebenarnya disinilah Bagas dapat menguji cinta Shila.
Bagas akan menemukan apakah Shila orang yang tepat menemaninya dalam suka dan duka nantinya. Bukan justru membuat Shila menjadi perempuan menyedihkan yang "tidak berguna".
Well..akhirnya tentang melanjutkan atau tidak sebuah hubungan akan dikembalikan kepada kkedua belah pihak. Pertimbangan yang baik tentu akan memberi hasil yang baik pula.
(ew).
Namun, tiba-tiba saja, ketika hubungan mereka mulai menginjak bulan ke sepuluh, sikap Bagas berubah drastis. Ia mulai menjauh secara perlahan dari Shila dan mengurangi sedikit banyak perhatian yang dulu sempat ia berikan.
Shila yang menyadari perubahan sikap tersebut memutuskan untuk bertanya. Hal itu ia lakukan karena ia mulai merasa hubungan semakin tidak sehat. Bagas menerangkan bahwa tidak ada hal besar yang menyebabkan perubahan sikapnya itu, ia hanya sedikit lebih sibuk dari biasanya sehingga mulai sulit membagi waktunya. Shila menerima alasan tersebut.
Ketika hubungan memasuki tahun pertama, sikap Bagas dirasa semakin parah. Shila memutuskan untuk menanyakannya kembali dan memohon ketegasan dari Bagas tentang kelanjutan hubungan mereka.
Bagas menyebutkan bahwa ia sebenarnya menjauhi Shila karena ia ingin membuat kekasihnya itu melepasnya perlahan. Bagas menyebutkan bahwa ia menderita penyakit kangker pembuluh darah. Bagas sudah menjalankan serangkaian tes dan hasilnya positif. Ia hanya tidak ingin Shila nanti akan menangisi kematiannya, sehingga mengakhiri hubungan lebih cepat dirasa lebih baik untuk mereka.
Disamping alasan kesehatan, ada beberapa alasan yang cukup dramatis yang kadang dipakai untuk mengakhiri sebuah hubungan, yaitu :
1. Restu Orang Tua
Bagaimanapun ceritanya, restu orang tua tentu sangat penting. Tidak jarang hubungan kekasih berakhir karena tidak didapatnya restu tersebut. Hal ini terkesan dramatis memang, namun tetap harus dilihat sisi baiknya.
Mungkin orang tua tidak merestui hubungan tersebut karena merasa calon yang kalian ajukan tidak memenuhi kriteria mereka. Misal berbeda suku/kewarganegaraan, perilaku menyimpang yang pernah mereka lakukan, atau latar belakang keluarga yang kurang baik. Beberapa pasangan ada yang memutuskan untuk berjuang namun tidak jarang pula yang berhenti memohon dan berpisah.
2. Tuntutan Dari Orang Tua Perempuan
Masih berkaitan dengan orang tua. Tuntutan yang kumaksudkan adalah karena anak perempuan mereka sudah mulai memasuki masa "matang" sebagai seorang perempuan. Budaya yang masih melekat pada beberapa kalangan yang menganggap jika anak perempuan tidak menikah ketika usia memasuki kepala tiga itu contoh besarnya.
Di satu sisi orang tua perempuan ingin anaknya segera menikah, namun di sisi lain kekasih anaknya belum menunjukkan gelagat tersebut. Beberapa orang tua biasanya akan menganggap kekasih anaknya tidak serius dan menyarankan agar mereka berhenti berhubungan sehingga putrinya bisa mencari yang lebih "serius".
3. Penyakit Berat
Aku akan mencoba membahas lebih lanjut masalah Bagas dan Shila. Terkadang beberapa orang tidak paham bahwa arti pasangan adalah yang akan menemani tidak hanya saat senang namun sedih juga. Kekhawatiran Bagas tentu masuk akal, namun ia salah dalam penyampaian. Jika dilihat lagi, sebenarnya disinilah Bagas dapat menguji cinta Shila.
Bagas akan menemukan apakah Shila orang yang tepat menemaninya dalam suka dan duka nantinya. Bukan justru membuat Shila menjadi perempuan menyedihkan yang "tidak berguna".
Well..akhirnya tentang melanjutkan atau tidak sebuah hubungan akan dikembalikan kepada kkedua belah pihak. Pertimbangan yang baik tentu akan memberi hasil yang baik pula.
(ew).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar