Rabu, 20 Agustus 2014

jodoh untuk Toby

pasti sudah bukan rahasia umum lagi kalau setiap orangtua menginginkan hal terbaik untuk anaknya. misalnya saja masalah jodoh, calon teman hidup untuk anaknya. ada istilah dalam bahasa jawa yang cukup populer untuk hal tersebut, yaitu "bibit, bebet, bobot". sebenarnya aku tidak terlalu mengerti arti sebenarya dari ungkapan tersebut, tapi aku mengartikannya dengan :
bibit : calonmu itu anak siapa?
bebet : -
bobot : berkualitas nggak calonmu itu?

kalau untuk bebet jujur aku tidak dapat memikirkan artinya, nggak kena ke otakku, hehe maaf ya.

kali ini aku ingin menuliskan sedikit pengalamanku sebagai orangtua (asuh) untuk kucingku. kuberi nama ia Toby. kucing jantan ras persian mixed kampung yang kuadopsi sejak usianya 3 bulan. kuadopsi dari seorang mahasiswa tingkat akhir yang katanya sedang tidak bisa fokus mengurus kucing. warnaya red tubby dengan telapak kakinya putih. memang kebetulan domian kampung daripada persiannya. tetapi, sebagai orangtua tentu aku harus menerima keadaan anak (asuhku) dengan ikhlas dong ya.

sebelum aku mengadosi Toby, temanku sebut saja Panjul sudah terlebih dahulu mengadopsi seekor kucing betina ras persian medium, yang diberi nama Mumu. kucing cantik yang memiliki bulu panjang dan mata belok, serta berwarna red tubby yang kebetulan seumuran dengan Toby.

saat aku sudah memiliki Toby, aku sempat menyatakan keinginanku untuk menjodohkan Toby dan Mumu. hal itu aku ungkapkan karena aku merasa Mumu adalah kucing dari ras atau kasta tinggi sehingga nanti bisa memperbaiki keturunan Toby yang dominan kampungnya itu.

Panjul yang merasa Toby (saat itu) terlihat seperti kampungan, dan kurang tampan, memutuskan tidak menerima lamaranku. aku sebagai orangtua (asuh) yang baik mencoba membesarkan hati Toby dengan mengucapkan bahwa suatu saat Toby akan menemukan tambatan hatinya. betina cantik yang mencintainya dengan tulus dan direstui oleh orangtuanya.

sejak saat itu, aku berhenti berharap Mumu akan menjadi odoh anakku, toby. 

datanglah Ijah, kucing lokal yang E temukan di depan kantorku saat ia mnjemputku. kami memutuskan untuk mengadopsinya, hingga saat ia berusia hampir lima bulan, Ijah tinggal bersama Toby di kamarku. mereka terbilag akur, tidak pernah berkelahi, dan selalu berbagi makanan atau minuman. bahkan Toby seringkali mengalah ika Ijah akan makan atau minum. lelaki sekali kamu nak, hehe.

sampailah ketika Toby mulai muncul rasa ingin kewongnya. Toby mendekati Ijah, aku yang belum berhasil menemukan jodoh untuk Toby akhirnya pasrah. setidaknya keinginan Toby tersalurkan, mskipun itu terdgar sedikit jahat.

tumbuhlah benih-benih cinta di hati Toby untuk Ijah. namun, Ijah sepertinya belum siap untuk lanjut ke jenjang yang lebih serius, atau mungkin juga hal tersebut karena Ijah sudah menganggap Toby adalah kakaknya sendiri, aku juga kurang paham karena aku tidak mengerti bahasa mereka.

tibalah saat dimana aku harus memisahkan Toby dan Ijah karena aku harus pulang. Ijah akhirnya kukembalikan kepada bapak (asuhnya), dan Toby aku titipkan kepada temanku si Sompret.

tidak lama dari waktu itu, ternyata Ijah kabur dari bapak (asuhnya). apakah Ijah merindukan Toby?. apakah Ijah merasa kehilangan Toby?. sekali lagi aku kurang paham.

Toby akhirnya mencoba mendekati seorang betina kampung dekat rumahnya menginap. aku sebagai orangtua akhirnya mencoba pasrah dan membiarkan Toby memilih jodohnya sendiri. semoga orangtuaku juga berpikir demikian, eh kok jadi numpang curhat. hihi maap.

semoga Toby segera melamar kekasihhnya itu, dan menghasilkan keturunan yang sehat dan banyak. dan semoga ayah Mumu menyadari bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan dan membebaskan Mumu untuk memilih jodohnya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar