Setelah sekian lama nggak nulis, akhirnya datang juga waktunya dimana aku ngerasa nulis itu penting. ya terserah bagaimana orang menilai aku menulis karena sedang galau, siapa persuli. jika mereka memang menyukai tulisankun, mereka akan membacanya, jika tidak suka ya mereka boleh saja membuang handphone mereka, eh maksudnya mengacuhkan tulisan ini, hehe.
pas aku nulis ini, aku lagi ngendon dengan madesunya di rumah tercinta. no job, no money, and nothing to do. yup..sudah sejak april aku berhenti dari pekerjaanku, proect yang saat itu aku kerjakan sudah selesai, sehingga mereka "tidak membutuhkanku" lagi. terdengar menyedihkan sih, but anyway bukan itu yang sebenarnya ingin aku sampaikan kali ini.
kali ini aku dihdapkan ke pilian apakah harus menuruti keputusan orangtuaku atau mengabaikannya. sebulan yang lalu pas aku masih stay di Bogor, seminggu sebelum kepulanganku ke kampung halaman, tiba-tiba kedua orangtuaku menelpon dan mengabarkan bahwa aku harus stay di rumah da tidak diperkenankan kembali ke Bogor lagi. well..ceritanya aku galau pada saat itu. tiba-tiba spechless, berasa nggak ada harapan hidup (oke yang ini lebay, hehe).
akirnya setelah aku pikirkan, ya meskipun aku nggak yakin dengan hasil pemikiranku itu, aku memutuskan untuk menurut saja. dalam hati sebenarnya masih ada perasaan mengganal karena aku tidak siap dengan kepulanganku selamanya ke rumah, meninggalkan Bogor, my second home town, E, dan semua sahabat-sahabat terdekat.
tanggal 21 juli aku pulang ke kampung halamanku. diantarkan E ke bandara, sempet ditilang polisi karena si E sim nya hilang, pesawat delay lebih dari dua jam, sampe akhirnya jam sebelas malem aku sampe rumah. dan orang pertama yang aku lihat adalah bapak. karena di hati masih agak sedikit "marah", aku hanya menyapa seperlunya dan memilih untuk istirahat saja.
sekarang sudah sebulan aku di rumah. aku sudah menuruti keinginan bapak untuk interview di perusahaan sawit rekomendasi teman bapak. tetapi, sampai saat ini aku masih saja jobless dan madesu, menantikan kabar dari perusahaan tersebut yang entah kapan.
apakah benar yang dikatakan sebuah iklan di tivi yang menyatakan bahwa "berbeda itu tabu, ujungnya ustru memaksakan kehendak" ??. kalau memang berbeda itu selalu tabu, apa aku harus memaksakan diri menurut keinginan kedua orangtua yang menurut mereka hal tersebut baik untukku?.
kalau kalian pernah ngerasain hal yang kayak aku alami, kalian akan berbuat apa?. menentang kehendak orangtua kalian atau mengikutinya dan mencoba ikhlas?. ada yang bisa kasih jawaban?. :)
kalau kalian pernah ngerasain hal yang kayak aku alami, kalian akan berbuat apa?. menentang kehendak orangtua kalian atau mengikutinya dan mencoba ikhlas?. ada yang bisa kasih jawaban?. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar