Selasa, 22 April 2014

warning : people(s) judge u from what u looks like!!

pasti sudah tidak asing dengan ungkapan "jangan menilai buku dari sampulnya"?. ungkapan itu sangat-sangat populer, ya tapi ndak apa-apa kalau memang kalian belum pernah dengar kok, dimaafkan (:p).

dari ungkapan di atas jelas sekali kalau kita tidak boleh menilai sebuah buku hanya dari sampulnya saja. kita harus membuka lembar demi lembar, membaca kata per kata, meresapi setiap kalimat, baru kita akan tau isi dari buku tersebut.

ungkapan "jangan menilai buku dari sampulnya" juga sering di kaitkan dengan kepribadiaan seseorang. memanfaatkan kalimat tersebut untuk menyampaikan bahwa "jangan menilai orang dari sampul luarnya saja", begitu kira-kira maksudnya.

tetapi, karena buku adalah sebuah benda sementara orang adalah makhluk hidup, muncul pula kendala dalam mengaplikasikan ungkapan tersebut. jika pada buku, seperti yang sudah aku sebutkan di atas, di baca agar kenal apa isinya. bisa pinjam dari perpustakaan, bisa beli langsung ke toko buku, atau sewa.

nah..kalau orang? akan sangat tidak mungkin mau meminjamnya agar kita bisa mengenalnya kan? atau mana ada orang yang bersedia kita beli terus di bawa pulang, atau di sewa, tidak ada. jadi, bagaimana selanjutnya?

seperti jatuh cinta pada pandangan pertama, penilaian seseorang terhadap orang lainnya juga (selalu) muncul ketika pertama kali bertemu. misalnya saja, tiba-tiba kalian menyebut seorang bapak yang sedang memarahi anaknya dengan sebutan orangtua kejam ketika kalian tidak sengaja lewat depan rumahnya. atau, mencap seorang ibu galak hanya karena saat bertemu dengannya, sang ibu sedang berteriak kepada sopir taksi.

kesan pertama muncul tanpa di sengaja, namun pasti akan membekas. kalian bisa saja akan cenderung menceritakan kejadian tersebut kepada teman kalian dan dengan yakin mengatakan bahwa orang-orang tadi jahat.

bisa saja bapak tadi marah kepada anaknya karena anaknya mencuri uangnya untuk membeli rokok. kemarahannya untuk mengajari anaknya bahwa mencuri adalah hal yang salah. atau sang ibu tadi, bisa saja dia sedang terburu-buru, namun sopir taksi tadi mengantarkannya ke alamat yang salah, dan justru menurunkannya bukan mengantarkan ke alamat seharusnya.

terkadang penilaian seseorang (judgement) muncul setelah kalian berinteraksi dengan mereka dalam waktu lama. meskipun beberapa orang tidak bermaksud membuat orang lain menilainya, tidak ada yang ingin di nilai (kurasa).

ada beberapa hal yang menurutku pribadi mempengaruhi penilaian seseorang terhadap orang lain, yaitu :

1. penampilan. jangan keluar rumah dengan mengenakan pakaian pantai jika kau tidak sedang di pantai, jika kau tidak mau di nilai salah kostum atau perempuan aneh. jangan memakai pakaian dengan bahan yang belum selesai di jahit, sepotong, minim, atau robek di sana-sini, jika kau tidak ingin di nilai sebagai bukan perempuan "baik-baik".

2. "pembawaan". jangan setiap mau makan siang perginya ke hanamasa, solaria, sushi tei, steik house, atau numpang makan malem di hotel bintang 5 kalau tidak "rela" di sebut orang berada. atau jangan gegayaan pake tas channel atau louis vittone biar di anggap sosialita.

3. kepribadian. pribadi yang setiap hari ngomel-ngomel tidak jelas, ke tukang angkot yang lewat, ke tukang ojeg yang tidak memberikan uang kembalian dengan pas, atau ke ibu-ibu pedagang buah yang ternyata buah yang kau beli rusak, tentu akan di nilai sebagai "tukang ngomel" atau "anti toleransi" kan?. beda kasus jika ternyata kau adalah pribadi yang murah senyum, tentu kau akan di nilai orang sebagai seseorang yang menyenangkan.

tapi, semua itu tergantung pilihan. ada beberapa orang yang memang dengan sengaja memoles penampilannya, atau menunjukkan pembawaan layaknya milyader yang judes. di kondisi lain, malah ada yang tidak sengaja atau tidak bermaksud menunjukkannya kepada khalayak ramai. ia hanya tidak menyadari bahwa ternyata sikapnya membuat orang menilainya "salah" atau "tidak baik" atau "tukang pamer" atau "pengomel", dan lain sebagainya.

semua kembali ke pilihan kalian. jika kau peduli dengan penilaian mereka tentunya. yang ku maksud dengan peduli dengan penilaian orang adalah jika kau ingin "di nilai baik" (bukan palsu), jadi saja dirimu sendiri, namun dengan versi yang lebih "ramah lingkungan". tapi, jika kau tidak perduli tentang penilaian orang tentangmu, silahkan lakukan apa yang membuatmu menyenangkan dan benar. (ew).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar