Rabu, 09 April 2014

untuk lelaki (bagian : 2)

aku mulai berpikir, lama-kelalamaan kisah tentang Mia ini akan kujadikan sebuah cerpen atau bahkan novel. bukan bermaksud mendramatisir keadaan, tetapi memang ini sangat amat drama.

Mia di minta jadi sebuah panitia di kampung tempat tinggalnya. emm..nggak di bayar, ya namanya juga panitia di kampung ya, dapet pahala gitu (amin) aja pokoknya.

awalnya karena Lelaki (ingat kan? itu loh pacarnya Mia, yang aku tulis di postingan sebelumnya? oke inget kan!). kemarin tiba-tiba Lelaki dateng ke tempat acara berlangsung, marah-marah sama Mia. inget! marah-marahnya di depan umum loh ya.

marah karena Mia yang seorang lulusan s1, mau-maunya bekerja seperti itu. hmm..sesuatu yang menurut Lelaki adalah hal yang tidak pantas di lakukan oleh seorang sarjana. kembali berbicara dengan nada tinggi dan memojokkan Mia di depan orang-orang.

terlepas dari kepanitiaan apa yang di bantu oleh Mia, aku tegaskan bahwa itu (menurutku) bukanlah hal yang HINA. membantu masyarakat bukanlah hal hina. mendapat bayaran atau tidak, siapa dirimu secara sosial, apa pekerjaanmu, anak siapa kamu, bagaimana kamu bersikap terhadap masyarakat/lingkunganmu adalah yang paling penting.

bukan karena kamu adalah seorang putra pejabat, lalu kamu harus "rusuh" menyuruh semua orang mengosongkan jalan saat kamu lewat kan?. bukan karena kamu adalah seorang anak dari jendral, lalu semua orang harus hormat kepadamu kan?. bukan karena kakekmu adalah seorang guru besar, lalu memaksa masyarakat menerimamu dengan baik kan? semua tergantung dengan apa dan bagaimana sikapmu sendiri.

sama halnya dengan, hanya karena kamu adalah seorang sarjana kamu hanya akan berteman dengan sarjana-sarjana lainnya kan? untuk apa, jika ternyata sarjana teman-temanmu itu hanyalah seorang pengangguran?
lalu, karena kamu adalah seorang konglomerat kamu tidak mau bergaul dengan orang-orang "melarat" kan? buat apa, jika konglomeratmu itu mengajakmu ke jurang?
kemudian, hanya karena kamu seorang anak duta besar, kamu harus "membesar-besarkan" masalah kan?
terus, kalau toh ternyata kamu adalah putra dari pemilik perusahaan tempe terbesar se-asia tenggara, kenapa? itu kan milik orangtuamu, bukan hasil kerja kerasmu!

well..intinya, siapapun dirimu di kehidupan nyatamu, kamu hanyalah seorang biasa di dalam sebuah kehidupan masyarakat. yang akan di nilai dari bagaimana caramu bersikap dan bertutur kata. jika kamu berteriak seperti preman, maka kamu adalah preman bagi mereka. jika kamu menodongkan senjata ke arah mereka, penjahatlah kamu di mata mereka. jika kamu berjalan merunduk dan bersikap sopan, maka santunlah kamu bagi mereka.

aku tahu, bagi sebagian orang status sosial sangatlah penting. penghargaan dari sekitar adalah sesuatu yang mahal. tapi, bagaimanapun, hargailah orang di lingkungamun terlebih dahulu, maka mereka akan menghargaimu lebih banyak lagi.

ya..aku juga memang bukan orang baik sih, tapi setidaknya ya jangan marah-marah di tempat umum juga. nanti aja di belakang panggung, hehe.

terima kasih kepada lelaki yang masih bisa menghargai perempuannya dengan baik, mencintai mereka dengan benar, dan merendahkan suaranya ketika berbicara dengannya.

salam,
ew.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar