hellooowww there..setelah lama absen dari kisah klasik yang mengusik, kali ini aku balik lagi dengan my friend true story ya. temanku bernama Mina, yang sudah berpacaran dengan Adhi sejak tiga tahun lalu. Mina baru lulus kuliah dan baru sekali mulai bekerja disebuah perusahaan swasta, sedangkan Adhi adalah seorang pegawai disebuah perusahaan milik negara.
singkat cerita, Mina pengen hubungan mereka lebih serius lagi. tapi, obrolan seputar pernikahan justeru adalah pangkal permasalahan mereka nantinya. kalau sudah mulai membicarakan pernikahan, pasti ujung-ujungnya berantem dan berselisih paham.
orangtua Adhi sepertinya mendambakan menantu idaman (lain). sejauh yang aku tangkap adalah menantu dengan tingkat derajat dan martabat keluarga yang sepadan dengan keluarga mereka yang kebetulan berada tersebut. secara tidak langsung, entah karena sudah lelah atau apa, Adhi menelan mentah-mentah apa yang diucapkan oleh kedua orangtuanya tanpa berpikir panjang lagi.
kedua orangtua Adhi yang mulai mendoktrinnya tentang beratnya sebuah pernikahan dan rumahtangga, tentang mahalnya biaya pernikahan, tentang biaya pernikahan yang semestinya menjadi tanggungan pihak perempuan, tentang bagaimana nantinya seorang lelaki menanggung semua biaya hidup isterinya.
sebagai seorang lelaki, kurasa Adhi tidak pantas mengucapkan kalimat tersebut kepada Mina. secara dari zaman nenek moyang dulu, semua orang sudahlah paham betul bahwa tanggung jawab seorang suami adalah menanggung kehidupan isterinya. dengan atau tanpa toleransi, itu sudah harga mati (menurutku).
dan tentang biaya pernikahan yang seharusnya ditanggung pihak perempuan. bisa saja sih, tapi pihak lelaki tidak diperkenankan mengundang sanak keluarga atau kenalannya (haha, impas bukan?). sejauh yang aku tahu dari dari teman-temanku yang sudah menikah, mereka bersama-sama menanggung biayanya, ya melihat lagi 1.mereka tidak ingin "merepotkan" orangtua, 2.menikah kan keinginan bersama, apa salahnya mengusahakannya bersama.
kembali ke Adhi, kurasa jika kondisi memang memungkinkan, seharusnya dia berada dipihak Mina dan membelanya di depan kedua orangtuanya. berusaha membantu Mina meyakinkan kedua orangtuanya bahwa mereka akan baik-baik saja "dengan atau tanpa" harta berlimpah seperti yang diinginkan orangtua Adhi.
melengkapi anak dengan fasilitas mewah dan serba berkecukupan memang tentu keinginan semua orangtua, tapi tidak pernah ada seorang perempuan yang ingin dilahirkan dikeluarga seperti apa, dikasus ini dikeluarga dengan "derajat martabat" yang dianggap lebih rendah daripada calon suaminya. tentu ada banyak pertimbangan bahwa seorang lelaki memilih calon istri, bukan hanya karena status sosial atau kecantikan wajah.
tapi, ada satu hal yang mungkin membuat Adhi kurang berjuang. munculnya pikiran "apakah memang Mina layak untuk diperjuangkan". posisinya memang kita tidak tahu bagaimana Mina bersikap dalam berhubungan dengan Adhi.
terkadang memang beberapa lelaki bukannya tidak ingin berjuang, tapi masih bimbang apakah perempuannya patut diperjuangkan atau tidak.
namun, dalama kasus Mina dan Adhi, kurasa jika memang Adhi tidak yakin untuk memperjuangkan Mina atau tidak ingin menyakiti perasaan kedua orangtuanya yang mendambakan menantu selain Mina, ada baiknya Adhi melepas Mina. atau jika memang Adhi yakin, maka sudah tentu ia seharusnya berada dipihak Mina dan meyakinkan kedua orangtuanya bahwa pilihannya tepat.
"i need someone who will fight for me, no matter what".
(ew)
orangtua Adhi sepertinya mendambakan menantu idaman (lain). sejauh yang aku tangkap adalah menantu dengan tingkat derajat dan martabat keluarga yang sepadan dengan keluarga mereka yang kebetulan berada tersebut. secara tidak langsung, entah karena sudah lelah atau apa, Adhi menelan mentah-mentah apa yang diucapkan oleh kedua orangtuanya tanpa berpikir panjang lagi.
kedua orangtua Adhi yang mulai mendoktrinnya tentang beratnya sebuah pernikahan dan rumahtangga, tentang mahalnya biaya pernikahan, tentang biaya pernikahan yang semestinya menjadi tanggungan pihak perempuan, tentang bagaimana nantinya seorang lelaki menanggung semua biaya hidup isterinya.
sebagai seorang lelaki, kurasa Adhi tidak pantas mengucapkan kalimat tersebut kepada Mina. secara dari zaman nenek moyang dulu, semua orang sudahlah paham betul bahwa tanggung jawab seorang suami adalah menanggung kehidupan isterinya. dengan atau tanpa toleransi, itu sudah harga mati (menurutku).
dan tentang biaya pernikahan yang seharusnya ditanggung pihak perempuan. bisa saja sih, tapi pihak lelaki tidak diperkenankan mengundang sanak keluarga atau kenalannya (haha, impas bukan?). sejauh yang aku tahu dari dari teman-temanku yang sudah menikah, mereka bersama-sama menanggung biayanya, ya melihat lagi 1.mereka tidak ingin "merepotkan" orangtua, 2.menikah kan keinginan bersama, apa salahnya mengusahakannya bersama.
kembali ke Adhi, kurasa jika kondisi memang memungkinkan, seharusnya dia berada dipihak Mina dan membelanya di depan kedua orangtuanya. berusaha membantu Mina meyakinkan kedua orangtuanya bahwa mereka akan baik-baik saja "dengan atau tanpa" harta berlimpah seperti yang diinginkan orangtua Adhi.
melengkapi anak dengan fasilitas mewah dan serba berkecukupan memang tentu keinginan semua orangtua, tapi tidak pernah ada seorang perempuan yang ingin dilahirkan dikeluarga seperti apa, dikasus ini dikeluarga dengan "derajat martabat" yang dianggap lebih rendah daripada calon suaminya. tentu ada banyak pertimbangan bahwa seorang lelaki memilih calon istri, bukan hanya karena status sosial atau kecantikan wajah.
tapi, ada satu hal yang mungkin membuat Adhi kurang berjuang. munculnya pikiran "apakah memang Mina layak untuk diperjuangkan". posisinya memang kita tidak tahu bagaimana Mina bersikap dalam berhubungan dengan Adhi.
terkadang memang beberapa lelaki bukannya tidak ingin berjuang, tapi masih bimbang apakah perempuannya patut diperjuangkan atau tidak.
namun, dalama kasus Mina dan Adhi, kurasa jika memang Adhi tidak yakin untuk memperjuangkan Mina atau tidak ingin menyakiti perasaan kedua orangtuanya yang mendambakan menantu selain Mina, ada baiknya Adhi melepas Mina. atau jika memang Adhi yakin, maka sudah tentu ia seharusnya berada dipihak Mina dan meyakinkan kedua orangtuanya bahwa pilihannya tepat.
"i need someone who will fight for me, no matter what".
(ew)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar